Setelah sebelumnya kita sudah mengulas sedikit perkenalan kita dengan Hidroponik. Pada postingan kali ini saya akan coba membahas beberapa jenis sistem hidroponik, bagaimana masing-masing sistem bekerja, serta kelebihan dan kekurangannya.
Dengan mengenal jenis-jenis sistem hidroponik ini, harapannya kita dapat lebih akrab dengan cara bertani modern yang satu ini. Menurut pengamatan saya meskipun hidroponik sudah lama dikembangkan dan diaplikasikan pada pertanian di Indonesia, ternyata masih banyak juga orang yang awam dengan bertanam secara hidroponik serta berbagai jenis macam sistemnya.
Meskipun terlihat rumit, hidroponik sebenarnya hanya bertumpu pada ide utama berupa bagaimana air, nutrisi dan oksigen bisa sampai dan diterima oleh akar tanaman dengan baik. Tentu tujuannya agar tanaman tumbuh dengan lebih maksimal dibandingkan dengan cara pertanian konvensional.
Walaupun berakar dari tujuan yang serupa, beberapa jenis sistem hidroponik bisa terlihat sangat berbeda pada aplikasinya. Untuk lebih jelasnya, kita bisa lihat pada penjelasan beriku ini.
1. Sistem Drip
Sistem hidroponik jenis ini mengalirkan nutrisi berupa campuran pupuk dan air langsung ke akar tanaman dengan bantuan selang atau alat lainnya. Sistem Drip dikenal juga sebagai sistem Fertigasi yang merupakan singkatan dari fertilisasi irigasi. Sistem ini banyak digunakan pada pertanian di area gurun untuk menghemat penggunaan air.
Di Indonesia Sistem Drip banyak digunakan untuk menanam buah seperti melon, tomat ceri dan paprika. Sistem ini memang lebih cocok untuk tanaman yang agak besar dan membutuhkan ruang tumbuh akar yang lebih luas seperti buah-buahan tadi.
Sistem hidroponik Drip dibagi lagi dalam dua jenis yaitu:
a. Rotating Drip System (sistem tetes putar/sirkulasi)
Pada dasarnya sistem drip sirkulasi ini mengalirkan nutrisi ke tanaman secara berulang. Menggunakan air yang dialirkan dari tandon ke akar tanaman kemudian dialirkan kembali ke tandon.
b. Static Drip System (sistem tetes statis/nonsirkulasi)
Sistem drip nonsirkulasi bekerja dengan mengalirkan air nutrisi ke akar tanaman secara langsung menggunakan sistem tetes namun tidak mengalirkannya kembali ke tandon nutrisi.
2. Sistem Pasang Surut (Ebb and Flow System)
Sistem hidroponik satu ini bekerja dengan cara yang cukup unik. Tanaman akan mendapat asupan nutrisi secara berkala melalui air yang dipompakan dari tandon ke media semai namun diatur waktunya.
Air nutrisi dari pompa akan membanjiri akar tanaman (pasang) kemudian pompa dimatikan dengan timer sehingga air mengalir kembali ke tandon (surut). Teknik ini akan memastikan akar tanaman mendapat cukup nutrisi dan oksigen.
Bagian cukup penting dalam sistem ini media semainya. Media semai yang digunakan harus memiliki daya simpan air cukup tinggi seperti rockwoll, vermiculite atau coconut fiber.
3. Sistem NFT (Nutrient Film Technique)
Sistem NFT bekerja dengan cara mengalirkan air ke guli tanaman dengan debit air yang kecil. Guli atau pipa paralon juga diatur kemiringannya sehingga air nutrisi dapat mengalir tanpa hambatan dan kemudian kembali ke tandon.
Lapisan air yang dangkal dan terus menerus tersirkulasi membuat akar tanaman selalu lembab, tercukupi kebutuhan nutrisi dan oksigennya.
Sistem NFT sangat cocok digunakan untuk tumbuhan yang memerlukan banyak air seperti sayuran daun. Sistem hidroponik ini termasuk yang banyak digunakan dalam kebun hidroponik skala industri karena tingkat produksinya tinggi dan perawatan yang cukup mudah.
Namun sistem NFT juga punya sisi lemah. Sistem ini sangat tergantung pada listrik karena air dipompakan terus menerus, mati listrik yang cukup lama dapat berakibat fatal pada tanaman. Instalasi sistem NFT juga terbilang cukup mahal.
4. Sistem sumbu (Wick system)
Sistem ini merupakan cara berhidroponik yang paling sederhana. Hanya menggunakan sumbu sebagai alat untuk mengalirkan nutrisi dari bak nutrisi ke akar tanaman.
Sistem wick ini paling mudah dibuat dan umumnya banyak digunakan oleh para pemula untuk belajar berhidroponik.
5. Sistem Rakit Apung (Deep Water Culture)
Metode hidroponik Rakit apung/DWC/floating raft ini menggunakan steyrofoam sebagai bagian utama instalasinya. Tanaman akan dibuat mengapung di atas bak nutrisi sehingga akar tanaman akan terus terendam dalam air nutrisi.
Masalah utama sistem rakit apung adalah kurangnya oksigen terlarut sehingga meningkatkan risiko busuk akar. Oleh karena itu sistem ini menggunakan pompa venturi untuk meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut dalam larutan nutrisi.
Sistem rakit apung ini termasuk metode yang banyak digunakan untuk pegiat hidroponik sekala rumahan hingga industri. Selain biaya instalasinya yang cukup murah dibanding sistem yang lain, perawatannya juga cukup mudah.
Beberapa instalasi hidroponik di Hidroponikan Farm juga menggunakan sistem rakit apung ini. Dari pengalaman kami hasilnya pun tidak mengecewakan dibanding sistem yang lainnya.
Selain itu, sistem hidroponik DFT (Deep Flow Technique) juga merupakan pengembangan dari sistem rakit apung ini hanya saja DFT lebih menitik beratkan pada genangan air yang tidak terlalu dalam dan ada sirkulasi air berkala untuk menjaga konsentrasi oksigen terlarut tetap tinggi.
6. Sistem Aeroponik
Sistem hidroponik yang satu ini merupakan yang paling canggih dibanding sistem hidroponik lainnya. Sistem aeroponik seperti namanya menggunakan aero atau udara dalam hal ini berbentuk kabut yang disemprotkan langsung ke akar tanaman.
Sehingga tanaman mendapatkan nutrisi langsung dari embun yang menempel di akar. Cairan nutrisi ini juga kaya akan oksigen sehingga sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.
Umumnya teknik ini digunakan pada farm hidroponik sekala industri yang sudah menggunakan teknologi canggih dengan otomatisasi pengaturan cairan nutrisi, suhu, pencahayaan serta kontrol penyakit dan hama.
7. Sistem Akuaponik
Sistem yang terakhir ini termasuk sudah banyak digunakan di Indonesia. Menggabungkan teknik hidroponik sekaligus pemeliharaan ikan. Akuaponik bisa jadi pilihan tepat untuk menghasilkan sayuran dan ikan sekaligus.
Metode Akuaponik memanfaatkan hasil kotoran ikan di kolam untuk dijadikan nutrisi bagi tanaman.
Kelemahan cara ini adalah kadar nutrisi tidak terkontrol sehingga pertumbuhan tanaman bisa tidak optimal. Air nutrisi yang dialirkan ke instaslasi juga rentan kotor jika tidak menggunakan filter yang baik.
Oke, demikian beberapa ulasan tentang sistem hidroponik yang banyak digunakan para hidroponikan sekala hobi maupun pada farm hidroponik sekala industri. Semoga menginspirasi untuk memulai berhidroponik ya.
Salam hijau dan salam sehat.
0 Comments